Banner Tiket Club

Jumat, 08 Februari 2013

Berburu Museum di Amsterdam - Bagian 2-

Berangkat dari rumah Rody Mulder

Pagi itu langit cerah, kondisi yang enak untuk jalan-jalan. Sekitar jam 9 saya bersama Rody meninggalkan rumahnya menuju Amsterdam tempat Rody bekerja. Dengan mobil sport Porche dengan kabin terbuka Rody membawaku ngebut di jalan toll menuju Amsterdam. Asyik juga naik mobil dengan kabin dibuka dan ngebut 150 km/jam. Kurang lebih 30 menit sampai di central station, lalu saya turun dan Rody melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja.

Sebelum kemana-mana yang saya cari pertama kali adalah touris information untuk membeli amsterdam pass €33. Lumayan mahal menurut kantongku. Tapi dengan membawa kartu pass ini banyak keuntungan yang diperoleh seperti gratis masuk ke beberapa museum, gratis naik trem, dapat buku informasi touris dll.

Dengan berbekal buku dari Amsterdam pass tsb, saya mencari museum. Sambil melihat peta dari buku tsb saya menelusuri jalan-jalan di sekitar stasiun.  Agak rumit juga, karena penamaan jalan berbeda dengan di jerman. Di sini nama jalan ditulis ditempel digedung-gedung, sehingga harus celingukan mencari-cari plang nama jalan.

Sedikit cerita tentang central Station Amsterdam. Central station Amsterdam bentuknya seperti Hbf di Hamburg, berbentuk seperti setengah silinder, tapi lorong-lorongnnya tidak rapi. Di samping kiri dan kanannya banyak pekerjaan konstruksi sehingga mengganggu pemandangan.

Sebelum keluar saya mencari dulu locker penitipan barang. Setelah ketemu sekarang masalahnya bagaimana cara bayarnya karena harus bayar dengan kredit card, sedangkan saya waktu itu tidak punya. Akhirnya setelah lihat-lihat ternyata ada penjaganya yang mau meminjamkan kartu kreditnya dengan membayar €5. lalu saya simpan sebagian barang supaya tidak terlalu berat dibawa.
Dari sana saya mencari museum. Karena bingung mencari jalan, akhirnya muter-muter menghabiskan waktu nggak karuan.

Kepala Mummi
Tapi ada beberapa museum yang ketemu setelah beberapa menit berjalan. Museum pertama yang saya kunjungi Allan Pierson Museum Amsterdam. Di dalam nya berisi sejarah tentang Mesir kuno dan Romawi Kuno. Ada beberapa mummi dan patung yang dipajang. Cukup lama saya menghabiskan waktu di tempat ini.

Dari sini saya jalan kaki lagi ke amsterdam Historich Museum. Museum tentang sejarah berdirinya kota amsterdam. Di dalamnya banyak lukisan-lukisan yang menggambarkan amsterdam tempo dulu. Juga lukisan-lukisan dan lifestyle dengan kronologis dari jaman dulu hingga sekarang. Dari sini saya jalan kaki lagi ke Bibels Museum. Di dalamnya tersimpan naskah-naskah kuno tentang bibel, perjanjian lama dan baru yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Dari sini saya balik lagi naek trem ke central station, lalu berangkat lagi naik metro (subway) ke Waterooplein untuk mencari Dutch Resistance Museum, tapi diperjalanan ketemu Jood Historich Museum. Masuk museum ini sangat ketat, maklum milik orang yahudi. Pengunjung harus melewati detector logam seperti mau masuk pesawat. Di dalamnya mengambarkan tetang sejarah bangsa yahudi . ada juga miniatur komplek mesjidil Aqsa.
Miniatur Komplek Mesjidil Aqsa
Dari sini lalu melanjutkankan ke museum tujuan. Jalan cukup lama, akhirnya ketemu juga Dutch Resistance Museum walaupun waktunya 15 menit sebelum tutup. Museum ini menceritakan tentang sejarah belanda ketika jaman perang dunia II, waktu belanda diduduki oleh Nazi dan waktu belanda diserang tentara jepang di Indonesia. Ada dokumentasi film waktu jaman jepang, uang jaman jepang dan dokumen-dokumen propaganda Jepang. Sayang waktunya habis padahal ingin melihat film tentang pendudukan Jepang ini.

Brosur propaganda Jepang
Dari sini tadinya mau mengejar untuk melihat van Gogh Museum tapi bingung harus naik trem yang mana. Akhirnya pergi ke central station dulu. Tapi sampai di central station sudah hampir jam 6 padahal tutupnya jam 6. akhirnya tidak jadi berangkat lalu mencoba naik perahu kanal. Namanya Holland International canal Cruise. Naik dari kanal depan central station. Lumayan perjalanannya mengasyikan juga menyusuri kanal-kanal di dalam kota amsterdam kira-kira 1 jam.

KTP untuk orang asing jaman Jepang. 
Setelah istirahat sejenak dan melihat jam. Waduh sudah jam 7 sore (masih sore karena musim panas) padahal belum shalat Dhuhur dan Ashar. Setelah itu saya coba mencari mesjid yang alamatnya saya temukan di internet. Ketika berjalan menuju mesjid saya menyapa orang yang berbaju Arab, ternyata dia orang maroko dan dia menunjukkan jalan ke mesjid. Tapi ternyata mesjidnya ditutup.akhirnya saya balik lagi ke central station. Di dekat station saya belanja souvenir di toko soleh, sambil nanya barangkali penjaga toko tahu di mana mesjid terdekat dari sana. Dia menunjukkan mesjid yang ada di seberang stasiun, tapi nggak terlalu mengerti. Dari sini saya lihat-lihat barang-barang di toko suovenir yang lain. Ternyata toko-toko souvenir di Amsterdam kebanyakan orang keturunan Arab.

Kanal di Amsterdam
Karena masih ada waktu saya mencoba mencari mesjid di peta dari google yang ada di seberang sungai, tapi bingung cara menyeberangnya. Pas dilihat ke sungai ternyata banyak ferry angkutan penyeberangan. Setelah coba-coba dan sempet salah akhirnya bisa juga menyeberang ke tempat dekat mesjid. Waktu jalan menuju mesjid saya menyapa orang yang berbaju arab lagi dan ternyata orang Somalia dan dia menunjukkan mesjid. Di depan mesjid ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk. Saya bertanya bahwa saya mau shalat asyar. Lalu salah seorang membukakan kunci pintu mesjid. Ternyata disini kalau bukan waktu shalat mesjidnya dikunci. Di sana saya shalat dhuhur dan asyar jama kosor. Lalu setelah mengambil foto balik lagi ke central station. Setelah mengambil barang yang dititipkan di locker, saya naik metro ke amstel station untuk naik bus Eurolines. Setelah saya check in saya menunggu di tempat tunggu.
Kira-kira jam 11, bus jurusan Hamburg datang. Dan jam 11.15 penumpang sudah boleh masuk. Di dalam bis ketemu orang indonesia yang mau ke Kopenhagen. Namanya Dede dari bandung lulusan Senirupa ITB. Dia dapat tugas mengerjakan proyek dari perusahaannya di Jakarta. Kerjanya sebagai designer di perusahaan korea. Orangnya kecil seperti perempuan dan kebanci-bancian. Sebelum bis berangkat menuju Hamburg, bisnya mengisi penumpang di beberapa tempat. Pas bis masuk Jerman ternyata ada pemeriksaan Passport dari Imingrasi. Semua orang pasportnya diperiksa. Kira kira jam 6.30 bis sudah sampai di Hbf Hamburg.

Kesan di Amsterdam:
Kotanya cukup padat, di sana-sini ada pekerjaan konstruksi. Kendaraan tidak seramai Jakarta tapi sedikit semrawut karena bercampur baur dengan trem dan sepeda. Agak sedikit kotor bila dibanding dengan hamburg, di sana sini berserakan sampah. Di dalam trem panas, pengap karena tak ber-AC. Metro juga sama, panas, pengap dan ada berceceran sampah. Di sana sini banyak kanal. Dan di kanal ada beberapa rumah terapung.