Banner Tiket Club

Sabtu, 17 November 2012

Kelilih Kota Brussel 1 Hari (Bagian 2)

Miniatur menara Pisa Italia

Di bagian 1 ceritanya sudah sampai di Mini Europe. Di bagian 2 ini saya akan teruskan cerita tentang Mini Europe dan perjalanan ke tempat yang lain.

Di sana dalam Mini Europe saya banyak mengambil foto miniatur bangunan-bangunan sampai jam 11.30. Dari sini saya balik lagi ke Grand Place. Sekarang tempat tsb sudah mulai ramai dengan  orang. Saya mengambil foto lagi di sekitarnya dan jalan ke pertokoan yang beratap kaca. Di sana banyak sekali orang, yang makan dan sekedar lihat-lihat. Terus saya jalan kaki ke arah katedral dan sempat masuk ke dalamnya. Di dalamnya ada beberapa jemaat yang sedang mendengarkan khutbah pendeta. Terus saya balik lagi ke Grand Place dan mengunjungi beberapa toko souvenir. 

Saya juga mengunjungi museum Maison du Roi, City museum di sekitar Grand Place. Tiket masuknya €3, dan di dalamnya banyak lukisan dan dokumen tentang sejarah kota Brussel. Di sana juga tersimpan koleksi baju patung Mennaken Pis yang pernah dipakaikan. Misalnya ada baju samurai dari Jepang yang dipakaikan tahun 1935. sedangkan baju dari Indonesia sepertinya belum pernah dipakaikan.
Mesjid di Brussel

Karena hari sudah siang saya mau mencari Great Mosque yang menurut peta yang saya print dari Google dekat dengan museum militer. Tapi museum militernya masih belum jelas alamatnya di mana. Setelah melihat peta gratis yang dikasih biro travel di Grand Place ternyata museum militer ada di dekat museum yang tadi pagi dikunjungi dekat gedung European Commision. Akhirnya saya balik lagi ke stasiun schuman dan pergi ke museum militer sambil mencari mesjid yang dituju.

Ternyata museumnya tutup, lalu saya putari sekitar tempat tsb untuk mencari mesjid. Akhirnya setelah jalan beberapa menit mesjidnya ketemu juga. Tempatnya sangat stategis, dekat dengan gedung European Commision dan dekat dengan museum militer. Setelah shalat dhuhur dan asyar saya berangkat lagi untuk melihat Gereja Basiliekvoorplein dekat stasiun Simonis. 

Gereja Basiliekvoorplein
Dari stasiun lumayan harus jalan agak jauh melewati taman. Di taman tersebut ternyata banyak perempuan Arab yang sedang bermain dengan anak-anaknya.
Di sekitar gereja tersebut juga banyak perempuan Arab yang sedang mengasuh anaknya.

Karena sudah cape, dari gereja ini saya balik lagi ke stasiun naik trem. Untuk sekedar ganjal perut, di stasiun Simonis ini saya membeli hamburger di restoran halal turki 2 buah. Lalu saya melanjutkan ke Park. Di sini saya melihat Place Royale, Petit Sablon, Gereja St. Maria dan gereja dekat Petit Sablon. Karena masih ada waktu, dari sini saya balik lagi ke Grand Place. Di Grand Place ini saya habiskan waktu untuk menunggu berangkat Bis jam 23.15. Di Grand place ini sore-sore rame sekali, banyak orang yang sekedar duduk-duduk. Dan ada beberapa kelompok lawakan yang mempertunjukkan pertunjukan konyol.

Grand Placemenjelang sore
Di sini saya menunggu sampai jam 10 malam, kemudian kembali ke Nordstation untuk persiapan berangkat pulang naik Eurolines. Jam 23.15 sudah diperbolehkan masuk ke bis. Warna bisnya berbeda dengan biasa dan tempat kakinya lebih lapang sehingga bisa selonjoran kaki. Bis berangkat jam 24 dan datang di Hbf Hamburg jam 6 pagi. Saya datang ke rumah kost jam 6.30 pagi.

Rabu, 31 Oktober 2012

Kelilih Kota Brussel 1 Hari (Bagian 1)


Patung Mennaken Pis
Bis Eurolines telah sampai di Nord station Brussel. Saya langsung menuju tempat naik kereta. Pertama yang saya lakukan setelah sampai di Brussel adalah mencari kereta ke Grand Place. Setelah mencari-cari, akhirnya ketemu tempat pembelian karcis otomatis dan saya beli karcis untuk satu hari seharga €4. Lalu saya mencari Metro (kereta bawah tanah) dan ternyata yang ada hanya trem. Akhirnya saya mencoba naik trem ke stasiun Bourse. Tremnya mirip dengan di Amsterdam. 

Di Bourse karena masih pagi, saya coba untuk melihat ke grand place dengan berjalan kali karena tidak jauh dari stasiun. Jalan masih sepi, halaman Grand Place sedang dibersihkan dari sampah oleh petugas kebersihan. Saya coba juga melihat rute ke Mennaken Pis, patung anak kecil yang sedang pipis, dan ketemu. Terus jalan lagi kembali lagi ke stasiun. Di stasiun saya mencari toilet tapi masih ditutup. Setelah beberapa menit menunggu di stasiun saya mencoba pergi ke Central stasiun. Barangkali di central stasiun pertokoan sudah buka dan bisa melihat-lihat informasi. Ternyata central stasiunnya tidak terlalu besar.

Dari central stasiun saya ke stasiun Schuman untuk melihat gedung European Commission dan melihat museum, karena menurut peta, tidak terlalu jauh dari gedung European Commission ada museum yang cukup besar. Jalan ke museum cukup jauh juga. Di depan museum tsb halamannya cukup luas dan asri. Sambil istirahat dan makan roti saya duduk di kursi taman. Ternyata museumnya masih tutup karena masih jam 9.30 dan buka jam 10.
Lalu dari sana saya ke Atomium ( bangunan yang berbentuk molekul) naik jalur 1A. 

Atomium
Di Atomium sudah hampir jam 10 dan sudah ada orang-orang yang mau masuk ke tempat itu. Saya coba untuk melihat berapa tarif masuknya, dan ternyata harga karcis masuknya €9. Tetapi karena beli karcisnya harus antri dan untuk masuknya juga harus nunggu antrian panjang, saya pikir ini pemborosan waktu, akhirnya tidak jadi beli karcis. Saya hanya mengambil foto dari luar. Waktu  ngambil foto saya ketemu wisatawan dari Indonesia dengan keluarganya. Saya minfa difotokan oleh mereka.

Dari Atomium saya menuju Mini Europe yang terletak di samping Atomium. Karena ingin tahu saya memaksakan beli tiket masuk padahal tarifnya cukup mahal €12. Di dalamnya bisa melihat lihat miniatur bangunan bangunan terkenal yang ada di beberapa anggota Uni Eropa. Waktu masuk ke dalam langsung dicegat oleh tukang foto dan disuruh untuk berfose ria, dan jepret-jepret …. bidikan foto diarahkan ke saya. Kata tukang fotonya tidak ada kewajiban untuk membeli fotonya. 

Nah,bagiamana kisah selanjutnya ikuti Keliling Kota Brussel bagian 2

Sabtu, 22 September 2012

Pulau Helgoland dari Dekat



Pulau Helgoland adalah pulau kecil dengan luas sekitar 1 km persegi terletak di Samudra Atlantik yang masuk ke wilayah Jerman. Luasnya hanya 1,7 km2 dan jumlah penduduknya 1.131 orang. Terletak sekitar 46 km dari daratan Jerman.

Dari kota Hamburg saya naik kereta beberapa jam sampai kota Büsum, dari kota Busum ini naik kapal ferry Lady von Büsum sampai pulau Helgoland. 




Saung tempat melihat pemandangan laut kota Busum

Sekitar jam 930 naik ferry. Penumpangnnya nggak penuh. Langit mendung. Mula-mula gelombang nggak terlalu besar, tapi makin ke tengah makin besar gelombangnya. Karena minum obat anti mabok saya  ketiduran. 

Tempat naik kapal ferry




Kurang lebih jam 12 pulau Helgoland sudah kelihatan. Karena ferry tidak bisa merapat, penumpang diturunkan di lepas pantai disambung dengan perahu kecil. Asyik juga bisa menikmati gelombang laut Atlantik. Setelah sampai di pantai lalu pergi ke AWI (Alfred Wegener Institute), lembaga penelitian kelautan. 
Di sana dijelaskan tentang lobster dan kepiting. Setelah itu saya lihat-lihat toko yang jual minyak wangi barangkali ada yang murah, tapi ternyata harganya mahal-mahal. Meskipun di pulau ini tax free, tapi harga dirasa masih mahal, saya mengurungkan niat untuk beli minyak wangi. Akhirnya hanya beli postcard 2 lembar. 

Sebenarnya di pulau ini tidak ada tempat yang istimewa. Memang ada pantai yang bisa untuk berenang bila musim panas.

Lalu jam 330 kembali lagi ke tempat naik ferry. Dan lagi-lagi perjalanan panjang kembali ke Büsum. Setelah sampai di Büsum langsung mengejar kereta ke Hamburg. 




Danau Hakone yang Bening

Danau Hakone yang terletak di propinsi Kanagawa Jepang merupakan daerah wisata terkenal yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Tokyo. Kalau akses dari Tokyo bisa naik dari stasiun Tokyo  dengan Shinkansen KODAMA turun di stasiun Odawara dengan tarif 3.130 Yen disambung dengan bis  sampai Togendai dengan tarif 1.200 Yen.

Saya sendiri menuju Hakone menggunakan mobil dari Susono City yang ditempuh hanya beberapa puluh menit.  Setelah parkit mobil saya turun ke bawah mendekati danau.
Airnya biru dengan pemandangan gunung Fuji yang puncaknya putih menambah kontrasnya pemandangan.
Setelah menikmati pemandangan di sekitar danau dan membuka bungkusan makan siang yang di bawah dari rumah, saya mencoba untuk nail rope way (kereta kabel)  yang membentang dari danau membelah pegunungan sekitar danau.
Di terminal Oowakudani Hakone

Rope way ini terdari dari 4 terminal/pemberhentian yaitu Togendai, Ubako, Oowakudani dan Souunzan. Sedangkan yang paling tinggi adalah terminal Oowakudani. Karena tujuannya ingin melihat dari ketinggian saya membeli tiket bolak-balik untuk ke Oowakudani. Untuk naik rope way ini harus mengantri cukup lama.

Di terminal Oowakudani saya turun dan melihat-lihat pemandangan. Gunung Fuji bisa dilihat dengan jelas.



Minggu, 02 September 2012

Landungsbrüchen, pelabuhan besar di Hamburg

Tempat naik kapal ferry
Meskipun jauh dari laut, kota Hamburg mempunyai pelabuhan besar dan termasuk besar di Eropa. Pelabuhan tersebut terdapat di sungai Elbe, sungai besar yang membelah negara Jerman.

Landungsbrüchen merupakan nama tempat yang sering saya singgahi untuk sekedar melihat-lihat suasana pelabuhan dengan menumpang kapal Ferry.
Bangunan khas Eropa tepi sungai

Dari kapal ferry ini saya bisa memandang ke daratan untuk melihat pemandangan bagunan khas Eropa yang antik. 
Kapal ferry yang saya tumpangi berukuran tidak terlalu besar, berlantai 2 dengan lantai 2 tanpa atap, pas untuk melihat-lihat pemandangan keluar. Bisa memuat sekitar 50-100 orang. Kendaraan yang diperbolehkan masuk hanya sepeda. Kapal ferry ini sebenarnya angkutan penghubung dari stasiun Landungsbrüchen ke beberapa tempat di pelabuhan. Makanya tiket masuknya pun bisa satu paket dengan tiket kereta. Misalnya lokasi fiscmarkt bisa dicapai dengan menggunakan kapal ferry ini.
Kapal Ferry


Sabtu, 01 September 2012

Berburu Museum di Amsterdam - Museum VOC -


Kapal VOC
Kenapa disebut berburu, karena memang belum tahu seluk beluk kota Amsterdam, sehingga harus lihat sana-sini seperti orang berburu di tengah hutan.

Pagi itu saya ditemani teman saya yang tinggal di Almere, kota pinggiran Amsterdam. Temanku mengajak pergi ke Museum VOC. Setelah menempuh puluhan menit dengan menggunakan mobil, saya sampai di museum yang dituju. Museumnya terletak di tepi laut atau muara sungai.

Di museum VOC ada perahu replika yang terbuat dari kayu yang pernah digunakan VOC untuk berlayar ke Indonesia. Ternyata perahunya tidak terlalu besar. Mungkin pada jaman tersebut perahu dari kayu ukuran maksimalnya hanya segitu. Di dalamnya banyak ruang-ruangnya. Ruang meriam, ruang masak, ruang tidur pegawai, ruang tidur pemimpin.

Di sana juga ada contoh proses pembuatan perahunya dan ada ruang contoh tali temali yang digunakan pelaut jaman tersebut. Ada juga ruang pameran dan audio visualnya.

Di atas kapal
Katanya untuk merekrut awak kapal tidak mudah. Ya iyalah, siapa yang mau diajak ke negeri antah berantah yang belum jelas bisa kembali lagi atau tidak.
Makanya untuk merekrut awak kapal  dilakukan di bar-bar. Mereka yang sedang mabok ditawari untuk jadi awak kapal dan menandatanganinya dalam keadaan mabuk sehingga mereka mau saja teken kotrak.
Memangnya bisa sah teken kontrak dalam kondisi mabuk? Entahlah. Itulah yang saya dengar dari temanku Rody orang Belanda. Benar atau tidaknya Wallahu A'lam.

Di tulisan nanti saya akan ceritakan kisah berburu museum hari kedua. Yang ini lebih seru karena saya berburu sendirian, hanya ditemani peta.

Berburu Museum di Amsterdam - Bagian 2 -

Selasa, 28 Agustus 2012

Perjalanan Menggapai Puncak Gunung Fuji


Mendaki gunung bisa diibaratkan ekspresi kehidupan seseorang dalam menggapai impiannya. Ternyata bila impian kita jelas sejelas menatap puncak gunung, action-nyapun akan dengan sendirinya menjadi terarah, apalagi kalau dalam perjalanannya sudah tersedia petunjuk dan track yang sudah teruji bisa menghantarkan kita penuju impian kita. Memang benar seperti apa yang dikatakan Pak Tung Desem Waringin, bahwa 80% waktu kita harus digunakan untuk belajar dari ahlinya, karena yang ahlinya sudah teruji dan punya track yang bisa kita "napak tilasi". Tulisan di bawah ini adalah pengalaman saya beberapa tahun yang lalu ketika mencoba mendaki gunung tertinggi di Jepang.

Gn Fuji terlihat dari Kota Susono, Sizuoka

Pesona Gunung Fuji

Selain bunga sakura, gunung Fuji adalah salah satu simbol negeri Jepang. Orang Jepang menyebutnya “Fujisan”, orang Indonesia banyak yang menyebut “gunung Fujiyama”, padahal “yama” sendiri berarti gunung. Bentuknya yang cantik menjadi daya tarik tersendiri yang memberi banyak inspirasi kepada para seniman sepanjang sejarah Jepang. Apalagi ketika bagian puncaknya yang memutih diselimuti salju akan kelihatan kontras dengan birunya langit. Sudah menjadi kebanggaan dan berdaya jual yang tinggi bila dari jendela rumah atau hotel bisa bebas memandang gunung ini. Bila kebetulan kita menempuh perjalanan dari Tokyo ke Nagoya atau Osaka dengan kereta cepat Shinkansen, kalau kebetulan cuaca cerah kita akan bisa melihat gunung ini dengan jelas.

Pendakian dari pintu Gotemba


Sejarah gunung Fuji
Di Jepang gunung Fuji adalah gunung yang tertinggi dengan ketinggian 3776 meter. Setiap tahunnya ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang sekedar melihat pemandangan di sekitar lerengnya atau mendaki sampai puncaknya. Gunung Fuji ini terletak di propinsi Shizuoka dan Yamanashi, jarak dari Tokyo kira-kira km. Gunung Fuji termasuk gunung yang masih aktif. Dalam sejarah tercatat lebih dari 10 kali terjadi letusan. Letusan yang terakhir adalah tahun 1707 yang debunya menutupi kota Edo (Tokyo sekarang). Tidak banyak yang tahu mengapa gunung ini dinamakan Fuji. Menurut sebuah cerita kuno yang ada di daerah Yamanashi, dulu gunung ini dinamakan “Fushi”, artinya tidak mati. Artinya gunung ini tempat hidup kembali orang yang telah mati.

Mendaki ke puncak
Mungkin gunung Fuji termasuk salah satu gunung di dunia yang paling banyak pendakinya. Jumlah pendaki rata-rata setiap tahunnya sekitar 150 ribu orang termasuk wisatawan lokal maupun asing. Ramainya pendakian gunung Fuji dimulai sejak jaman Edo. Waktu itu pendakian ke puncak merupakan sebuah perjalanan ritual. Orang yang mau mendaki harus mengumpulkan dana dan menunggu giliran yang ditentukan pemimpinnya. Tetapi waktu itu perempuan dilarang, baru pada jaman Meiji diperbolehkan ikut pendakian. Tercatat dalam sejarah orang asing pertama yang mendaki gunung Fuji adalah Rutherford A., duta besar kerajaan Inggris untuk Jepang pertama. Waktu itu dia memerlukan waktu 8 jam sampai ke puncak.
Sekarang gunung Fuji dan sekitarnya sudah menjadi salah satu tempat tujuan wisata. Apalagi di sekitarnya terdapat beberapa danau yang berair bening. Juga dengan dibuatnya beberapa jalan sampai ke badan gunung semakin memudahkan pendakian.

Untuk mendaki ke atas puncak dikenal 5 rute atau pintu, rute dari Fujinomiya, Gotenba, Subashiri, danau Kawaguchi dan Yoshida. Untuk sampai ke pintu tersebut kita bisa naik bis dari stasiun terdekat atau naik mobil pribadi. Pintu tersebut berada di badan gunung berketinggian lebih dari 1000 meter. Jalan menuju pintu ini mirip seperti jalan Puncak Bogor, berkelok-kelok dan menanjak. Pintu Fujinomiya adalah yang tertinggi berketinggian 2400 meter, sedangkan pintu Gotenba adalah yang terendah dengan ketinggian 1440 meter. Sehingga untuk pemula dianjurkan mengambil pintu Fujinomiya karena rute sampai ke puncak paling pendek.
Biasanya pintu pendakian ini dibuka untuk umum dari awal Juli sampai dengan akhir Agustus, karena di luar waktu tersebut daerah puncak tertutup salju. Dari masing-masing pintu sampai ke puncak biasanya ada 5 s/d 7 pos atau stasiun dan disetiap pos biasanya terdapat penginapan/peristirahatan, kantin, toilet dan stand yang menyediakan barang souvenir. Sampai ke puncak biasanya memerlukan 5 s/d 7 jam, sedangkan dari puncak ke bawah memerlukan waktu 3 s/d 4 jam.

Untuk mendaki sampai ke puncak tidak perlu latihan fisik secara khusus. Asal tidak kekurangan perlengkapan ditambah tekad yang kuat anak-anak sampai orang tua bisa sampai ke puncak. Jaket dan ransel adalah keperluan utama, karena meskipun musim panas suhu udara di atas gunung hampir menyamai suhu pada musim dingin. Jas hujan juga diperlukan karena di tengah perjalanan kadang-kadang turun hujan. Karena perjalanan curam dan berbatu-batu tajam sepatu yang bersol tebal serta sarung tangan juga diperlukan untuk melindungi telapak kali dan tangan kita. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah makanan dan minuman, handuk penyeka keringat dan cadangan baju bila kena hujan. Dan kalau berangkat malam tentu kita perlu lampu senter untuk penerang jalan. Sebagai pelengkap tidak salahnya kita menyelipkan kamera di saku ransel. Sampai kira-kira setengah perjalanan kita cukup memakai baju kaos atau kemeja panjang karena suhu udara masih relatif hangat, kecuali kalau hujan kita harus mulai memakai jas hujan. Dari pertengahan sampai ke puncak suhu udara mulai dingin (bisa sampai 0 derajat), kita harus mengeluarkan jaket tebal dari ransel kita. Yang perlu diperhatikan adalah kecepatan berjalan. Aturlah kecepatan berjalan supaya tidak kehabisan tenaga di tengah perjalanan. Dan jangan lupa harus banyak beristirahat disesuaikan dengan kondisi fisik kita.

Pengalaman penulis
Yang menjadi daya tarik para pendaki adalah saat matahari terbit. Saat inilah yang ditunggu-tunggu para pendaki ketika sampai di puncak. Tentu untuk bisa melihat matahari terbit kita harus mendaki pada waktu malam hari dan tiba di puncak sebelum fajar. Penulis pernah naik mengambil rute dari pintu Fujinomiya. Pintu Fujinomiya bisa dicapai dengan bis umum dari stasiun Shinjuku, Mishima, Fujinomiya dan Hamamatsu. Tiba di pintu Fujinomiya pada jam 6 sore, kemudian istirahat sambil menyesuaikan tubuh kita dengan udara sekitarnya Supaya sampai ke puncak sebelum fajar, pendakian dimulai pada jam 9 malam. Sampai kira-kira setengah perjalanan kondisi jalan banyak berpasir dan kemiringan tidak terlalu curam. Cuaca cukup dingin, tapi terasa panas karena keringat keluar. Dari pertengahan sampai ke puncak kondisi jalan semakin terjal berbatu-batu tajam dengan tingkat kemiringan yang sangat tinggi. Dari pertengahan ini cuaca mulai memburuk dan hujan semakin besar. Sambil badan menggigil kedinginan karena kehujanan, penulis tiba di puncak pada jam 4:45. Tapi sayang di puncak penulis tidak sempat melihat indahnya matahari terbit karena cuaca hujan dan berkabut. Karena hujan tidak kunjung reda, setelah istirahat sekitar satu setengah jam penulispun turun lagi ke bawah.

Mendaki dari pintu Gotenba
Penulis juga pernah mencoba naik dari pintu Gotemba. Pintu Gotemba ini bisa dicapai dengan angkutan bis dari stasiun Gotemba selama 40 menit. Tidak seperti rute dari pintu Fujinomiya, rute pendakian dari pintu Gotemba tidak terlalu curam tetapi berpasir sehingga agak kesulitan waktu berjalan. Di perjalanan hampir tidak menemui batuan besar, seakan-akan kita berjalan di tengah gurun pasir. Tanah berpasir ini terbentuk karena letusan gunung Hoei (2702 m) anak gunung Fuji yang terletak di sebelah tenggara pada tahun 1707. Rute ini tidak banyak peminatnya karena jarak ke puncak yang jauh dan jumlah pos/stasiun hanya sedikit. Karena jalannya yang berpasir ini biasanya rute ini dipakai sebagai jalan pulang setelah naik dari rute yang lain.

Pada musim pendakian (bulan Juli-Agustus) banyak sekali wisatawan yang datang, sehingga bagi pemulapun tidak perlu takut tersesat sampai di puncak, karena selain sudah disediakan petunjuk jalan, juga di jalan banyak orang yang sama-sama akan menuju puncak atau sebaliknya. Bahkan penulis diperjalanan bisa bertemu dengan banyak orang Indonesia yang bekerja sebagai TKI yang kebetulan sedang berlibur. Dan tentu lebih baik mendaki dengan banyak orang dari pada sendirian, karena kita bisa saling memberi semangat ketika kehabisan tenaga. Bagi orang yang tidak terlalu kuat fisiknya bisa berangkat siang hari kemudian istirahat di penginapan sampai saat terbit matahari.
Puncak tertinggi Gn Fuji

Kantor pos tertinggi
Menariknya di atas puncak disediakan kantor pos. Kantor pos ini dibuka berbarengan dengan musim pendakian. Untuk tahun 2003 ini dibuka tgl dari 10 Juli s/d 20 Agustus, buka pada jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Pada tahun kemarin tercatat 11 ribu orang menggunakan jasa pos ini dengan jumlah total surat yang masuk sebanyak 80 ribu pucuk surat. Nah, siapa yang mau mencoba mengirim surat ke teman di Indonesia dari kantor pos tertinggi ini?

Bazaar, Flea market, Flohmarkt


Seperti ketika tinggal di Jepang, saya doyan berburu barang seken dari pasar bekas atau fleamarket atau kalau di Jepang sering disebut Bazaar.

Begitu juga ketika saya tinggal di Hamburg, untuk membeli barang-barang antik Eropa untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh saya mencarinya di flea market ini. Di Jerman disebutnya flohmarkt.

Hal ini dimulai ketika hari Minggu jalan ke kampus, kok ada kerumunan orang di area parkir Stasiun. Pas dilihat ternyata ada pasar kaget yang menjual barang bekas. Setelah itu saya jadi rajin mencari tempat-tempat yang menyelenggarakan pasar bekas ini.



Suasana Flohmarkt di salah satu area parkir stasiun di Hamburg







Biasanya informasi flohmarkt ini saya dapatkan dari poster-poster yang ditempel di tiang listrik sekitar stasiun atau di tempat pemberhentian bis. Atau bisa juga kita dapatkan dari websitenya.

Karena masih bego bahasa Jerman, biasanya saya ambil foto posternya dengan kameraku, setelah itu di rumah buka kamus bhs Jerman, atau minta tolong Mbah Google untuk terjemahkan ke Bhs Inggris. Kemudian saya cari lokasinya dengan googlemap, lalu dengan meminjam sepeda Ibu Kost, saya berangkat ke lokasinya.



Iklan flohmarkt yang saya jepret di salah satu pohon.














Sekolah-sekolah TK biasanya punya jadwal penyelenggaraan flohmarkt ini, tapi barang yang dijual kebanyakan mainan anak-anak, buku-buku cerita dan baju anak-anak. Ya iya lah, sasarannya juga ibu-ibu yang punya anak TK. Cuma kalau dilihat barangnya, baju-baju anakpun tidak terlalu bagus kualitasnya, hanya level "layak pakai". Berbeda ketika waktu di Jepang, baju-baju yang dijual di bazaar TK biasanya 90% baru, sehingga baju anak saya hampir semuanya saya dapatkan dari Bazaar ini.

Yang saya cari di Flohmarkt adalah barang antik yang bisa saya bawa pulang seperti lukisan dan barang keramik khas Eropa. Memang harganya mahal-mahal, tapi ada beberapa yang bisa nego. Waktu mencari barang pedagangnyapun harus kita pilih. Biasanya kalau pedagangnya nenek-nenek tidak bisa diajak bahasa Inggris, lebih baik kita hindari.

Fischmarkt di Hamburg


Fischmarkt adalah salah satu icon kota Hamburg. Arti dari fischmarkt sendiri adalah pasar ikan. Tapi kalau kita lihat di sana bukan hanya ikan, semua barang bisa kita dapatkan. Mulai dari sayur, buah-buahan, baju, aksesoris, binatang peliharaan dan souvenir. Pasar ini dibuka pagi hari sampai menjelang siang.


Fischmarkt dilihat dari tengah sungai Elbe









Memang bila dibandingkan dengan harga di Supermarket, harga-harga di sini jauh lebih murah. Apalagi kalau sudah menjelang penutupan, barang dagangan mereka diobral habis, khususnya barang dagangan yang mentah seperti sayur dan buah. Kita beli satu malah dikasih 2.



Suasana ke
ramaian di Fischmarkt

Test

Test