Berangkat dari rumah Rody Mulder |
Pagi itu langit cerah, kondisi yang enak untuk
jalan-jalan. Sekitar jam 9 saya bersama Rody meninggalkan rumahnya menuju
Amsterdam tempat Rody bekerja. Dengan mobil sport Porche dengan kabin terbuka Rody membawaku
ngebut di jalan toll menuju Amsterdam. Asyik juga naik mobil dengan kabin dibuka
dan ngebut 150 km/jam. Kurang lebih 30 menit sampai di central station,
lalu saya turun dan Rody melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja.
Sebelum kemana-mana yang saya cari pertama
kali adalah touris information untuk membeli
amsterdam pass €33. Lumayan mahal menurut kantongku. Tapi dengan membawa
kartu pass ini banyak keuntungan yang diperoleh seperti gratis masuk ke
beberapa museum, gratis naik trem, dapat buku informasi touris dll.
Dengan berbekal buku dari Amsterdam pass tsb, saya
mencari museum. Sambil melihat peta dari buku tsb saya menelusuri
jalan-jalan di sekitar stasiun. Agak rumit juga, karena penamaan jalan berbeda
dengan di jerman. Di sini nama jalan ditulis ditempel digedung-gedung,
sehingga harus celingukan mencari-cari plang nama jalan.
Sedikit cerita tentang central Station Amsterdam. Central
station Amsterdam bentuknya seperti Hbf di Hamburg, berbentuk seperti setengah
silinder, tapi lorong-lorongnnya tidak rapi. Di samping kiri dan kanannya banyak
pekerjaan konstruksi sehingga mengganggu pemandangan.
Sebelum keluar saya mencari dulu locker penitipan barang.
Setelah ketemu sekarang masalahnya bagaimana cara bayarnya karena harus bayar
dengan kredit card, sedangkan saya waktu itu tidak punya.
Akhirnya setelah lihat-lihat ternyata ada penjaganya yang mau meminjamkan kartu
kreditnya dengan membayar €5. lalu saya simpan sebagian barang supaya tidak
terlalu berat dibawa.
Dari sana saya mencari museum. Karena bingung mencari
jalan, akhirnya muter-muter menghabiskan waktu nggak karuan.
Kepala Mummi |
Tapi ada beberapa museum yang ketemu setelah beberapa
menit berjalan. Museum pertama yang saya kunjungi Allan Pierson Museum Amsterdam. Di dalam nya berisi sejarah tentang
Mesir kuno dan Romawi Kuno. Ada beberapa mummi dan patung yang dipajang. Cukup
lama saya menghabiskan waktu di tempat ini.
Dari sini saya jalan kaki lagi ke amsterdam Historich Museum. Museum tentang sejarah berdirinya kota
amsterdam. Di dalamnya banyak lukisan-lukisan yang menggambarkan amsterdam
tempo dulu. Juga lukisan-lukisan dan lifestyle dengan kronologis dari jaman
dulu hingga sekarang. Dari sini saya jalan kaki lagi ke Bibels Museum. Di dalamnya tersimpan naskah-naskah kuno tentang
bibel, perjanjian lama dan baru yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Dari sini
saya balik lagi naek trem ke central station, lalu berangkat lagi naik metro
(subway) ke Waterooplein untuk mencari Dutch Resistance Museum, tapi
diperjalanan ketemu Jood Historich
Museum. Masuk museum ini sangat ketat, maklum milik orang yahudi.
Pengunjung harus melewati detector logam seperti mau masuk pesawat. Di dalamnya
mengambarkan tetang sejarah bangsa yahudi . ada juga miniatur komplek mesjidil
Aqsa.
Dari sini lalu melanjutkankan ke museum tujuan. Jalan
cukup lama, akhirnya ketemu juga Dutch
Resistance Museum walaupun waktunya 15 menit sebelum tutup. Museum ini
menceritakan tentang sejarah belanda ketika jaman perang dunia II, waktu
belanda diduduki oleh Nazi dan waktu belanda diserang tentara jepang di
Indonesia. Ada dokumentasi film waktu jaman jepang,
uang jaman jepang dan dokumen-dokumen propaganda Jepang. Sayang
waktunya habis padahal ingin melihat film tentang pendudukan Jepang ini.
Brosur propaganda Jepang |
Dari sini tadinya mau mengejar untuk melihat van Gogh
Museum tapi bingung harus naik trem yang mana. Akhirnya pergi ke central
station dulu. Tapi sampai di central station sudah hampir jam 6 padahal
tutupnya jam 6. akhirnya tidak jadi berangkat lalu mencoba naik perahu kanal.
Namanya Holland International canal Cruise. Naik dari kanal depan central
station. Lumayan perjalanannya mengasyikan juga menyusuri kanal-kanal di dalam
kota amsterdam kira-kira 1 jam.
KTP untuk orang asing jaman Jepang. |
Setelah istirahat sejenak dan melihat jam. Waduh sudah
jam 7 sore (masih sore karena musim panas) padahal belum shalat Dhuhur dan
Ashar. Setelah itu saya coba mencari mesjid yang alamatnya saya temukan di
internet. Ketika berjalan menuju mesjid saya menyapa orang yang berbaju Arab,
ternyata dia orang maroko dan dia menunjukkan jalan ke mesjid. Tapi
ternyata mesjidnya ditutup.akhirnya saya balik lagi ke central station. Di
dekat station saya belanja souvenir di toko soleh, sambil nanya barangkali
penjaga toko tahu di mana mesjid terdekat dari sana. Dia menunjukkan mesjid
yang ada di seberang stasiun, tapi nggak terlalu mengerti. Dari sini
saya lihat-lihat barang-barang di toko suovenir yang lain. Ternyata
toko-toko souvenir di Amsterdam kebanyakan orang keturunan Arab.
Kanal di Amsterdam |
Karena masih ada waktu saya mencoba mencari mesjid di
peta dari google yang ada di seberang sungai, tapi bingung cara menyeberangnya.
Pas dilihat ke sungai ternyata banyak ferry angkutan penyeberangan. Setelah
coba-coba dan sempet salah akhirnya bisa juga menyeberang
ke tempat dekat mesjid. Waktu jalan menuju mesjid saya menyapa orang yang
berbaju arab lagi dan ternyata orang Somalia dan dia menunjukkan mesjid. Di depan
mesjid ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk. Saya bertanya bahwa saya mau
shalat asyar. Lalu salah seorang membukakan kunci pintu mesjid. Ternyata disini
kalau bukan waktu shalat mesjidnya dikunci. Di sana saya shalat dhuhur dan
asyar jama kosor. Lalu setelah mengambil foto balik lagi ke central station.
Setelah mengambil barang yang dititipkan di locker, saya naik metro ke amstel
station untuk naik bus Eurolines. Setelah saya check in saya menunggu di tempat
tunggu.
Kira-kira jam 11, bus jurusan Hamburg datang. Dan jam
11.15 penumpang sudah boleh masuk. Di dalam bis ketemu orang indonesia yang mau
ke Kopenhagen. Namanya Dede dari bandung lulusan Senirupa ITB. Dia dapat tugas
mengerjakan proyek dari perusahaannya di Jakarta. Kerjanya sebagai designer di
perusahaan korea. Orangnya kecil seperti perempuan dan kebanci-bancian. Sebelum
bis berangkat menuju Hamburg, bisnya mengisi penumpang di beberapa tempat. Pas
bis masuk Jerman ternyata ada pemeriksaan Passport dari Imingrasi. Semua orang
pasportnya diperiksa. Kira kira jam 6.30 bis sudah sampai di Hbf Hamburg.
Kesan di Amsterdam:
Kotanya cukup padat, di sana-sini ada pekerjaan
konstruksi. Kendaraan tidak seramai Jakarta tapi sedikit semrawut
karena bercampur baur dengan trem dan sepeda. Agak sedikit kotor bila dibanding
dengan hamburg, di sana sini berserakan sampah. Di dalam trem panas, pengap
karena tak ber-AC. Metro juga sama, panas, pengap dan ada berceceran sampah. Di
sana sini banyak kanal. Dan di kanal ada beberapa rumah terapung.